Menilik Upacara Basuh Lantai, Tradisi Unik Dari Daik, Kabupaten Lingga Kepulauan Riau

Upacara Basuh Lantai, Tradisi Unik Dari Daik, Kabupaten Lingga Kepulauan Riau
Upacara Basuh Lantai, Tradisi Unik Dari Daik, Kabupaten Lingga Kepulauan Riau

Swarariau.com, Upacara Basuh Lantai – Upacara Basuh Bantai merupakah salah satu kegiatan dari adat dan Tradisi di Daik, Sebuah pusat Kota di Kabupaten Lingga – Provinsi Kepulauan Riau.

Dulunya, Daik ini merupakan pusat dari Kerajaan Melayu Lingga. Kawasan ini dijadikan sebagai pusat Kota Negara Kesultanan Johor - Pahang - Riau - Lingga. 

Sultan Mahmud Syah II (1685 – 1699) adalah Sultan Johor-Riau-Lingga-Pahang atau kemaharajaan melayu yang ke-10.

…Jadi,

Jika kamu melihat ada banyak tradisi dan budaya Melayu di kawasan ini merupakan hal yang sangat wajar. 

Karena asal usul dari leluhur mereka adalah Suku Melayu yang dulunya sempat Berjaya dan menguasai lintas perdagangan selat malaka.

…Upacara Basuh Lantai?

Upacara adat yang satu ini merupakan warisan budaya dari Suku Melayu yang ada pada zaman kerajaan dulu. 

Hingga kini, upacara ada tersebut masih tetap dilestarikan sebagai warisan leluhur Suku Melayu.

Basuh dan Lantai, dua kata yang jika kita mendefinisikan menjadi ‘Basuh’ berarti mencuci dan ‘lantai’ adalah alas tempat tinggal atau rumah, lantai rumah. Jadi bias didefinisikan sebagai kegiatan mmembersihkan lantai rumah.

…Namun, apa yang menjadi unik prihak Basuh Lantai ini?

Melihat realita dari aktifitas ini sama dengan apa yang kita definisikan tadi, mencuci lantai. Hanya saja pada kegiatan ‘Basuh Lantai’ yang dilakukan pada suku Melayu di Kabupaten Lingga ini agak sedikit menarik perhatian kita.

Jadi, menurut kebiasaan dan keyakinan masyarakat Suku Melayu yang ada di kabupaten Lingga ini ketika seseorang sehabis melahirkan maka lantai rumah harus dibersihkan.

Membersihkan lantai atau disebut dengan istilah basuh lantai ini dilakukan dengan agak sedikit sacral, tak cukup dengan hanya membasuh dengan air.

Darah wanita yang habis melahirkan di lantai harus dicuci dengan beberapa hal. Mereka memulai dengan disiram dengan air, diminyaki, dibedaki, dan disisiri.

Mereka memiliki keyakinan jika hal ini harus dilakukan seperti layaknya manusia.

Jika tidak melakukan hal ini maka aka nada makhluk halus yang akan menduduki lantai tersebut dan akan menggangu, menerut mereka makhluk halus tersebut akan menggangu Dukun atau Bidan yang membantu melahirkan hingga ibu ataupun bayinya tersebut.

Hal inilah yang mendasar pelaksanaan Upacara Basuh Lantai tersebut. Upacara ini juga disertai dengan doa selamat memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa agar tetap diberi keselamatan kepada orang yang sedang melahirkan tersebut beserta bayinya.

Biasanya, upacara ini dilakukan kala sang bayi sudah berumur 44 hari, sebelum melewati batas waktu tersebut sang ibu dan bayi tidak diizinkan untuk keluar rumah atau turun ke tanah.

...Nah,

Jika ada hal yang mengharuskan sang ibu keluar dari rumah maka dia harus membawa ‘kacip’ yaitu sebuah alat yang dipergunakan guna membelah sirih-pinang atau bisa juga pisau atau paku yang ujungnya disusuki bawang.

Sedangkan sang bayi harus tetap berada di dalam rumah mereka. Biasanya, sang bayi yang ditinggalkan dan dilengkapi dengan meletakkkan barang berupa pisau, paku, atau sepotong besi yang berwujud apa saja tak jauh dari sang bayi. Hal ini dimaksudkan agar makhluk halus tidak mengganggunya.

Pada kebiasaannya, masyarakat yang ada di daik, Kabupaten Lingga ini memilih hari Jum'at untuk melaksanakan upacara Basuh Lantai ini.

Mereka berkeyakinan bahwa hari jum'at adalah hari yang dirahmati Tuhan dan kegiatan ini dilaksanakan pada pagi hari.

Kegiatan Basuh Lantai ini juga dibarengi dengan kegiatan kenduri atau selamatan.

Untuk Upacara Basuh Lantai Biasanya dilakukan di lantai lokasi melahirkan sedangkan acara kenduri atau selamatan dilakukan di raung tamu rumah.

Inilah budaya dan tradisi yang berkembang di kalangan Suku Melayu yang ada di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau.

Upacara Basuh Lantai ini menjadi bagian dari tradisi leluhur mereka yang hingga saat ini masih mereka lakukan.

Pada artikel lainnya, saya juga pernah menuliskan tentang Tradisi Makan Sirih dan Tradisi Tepuk Tepung Tawar yang ada di Masyarakat Melayu yang ada di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau.

...Menarik lho untuk ditelusuri!