Sejarah Kerajaan Sumedang Larang, Eksistensi Kekuasaan Sumedang Diantara Tiga Kekuatan Besar

Swarariau.com, Sejarah dan Budaya -- Kerajaan Sumedang Larang adalah salah satu kerajaan Islam yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-15 Masehi di Jawa Barat, Indonesia. 

 

...Kita memang sangat jarang mendengar pembahasan seputar Kerajaan Sumedang Larang ini!

 

 Memang,

 

Popularitas kerajaan ini tidak sebesar popularitas kerajaan Demak, Mataram, Banten dan Cirebon dalam literatur sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.

 

...Sebenarnya,

 

Kerajaan ini sudah berdiri sejak abad ke-8 Masehi, namun baru menjadi sebuah negara berdaulat di abad ke-16 Masehi. 

 

Sehingga banyak literasi yang menyebutkan Kerajaan Sumedang Larang berdiri pada abad ke 15 dan 16.

 

Popularitas kerajaan ini tidak menonjol sebagaimana kerajaan Demak, Mataram, Banten dan Cirebon dalam literatur sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. 

 

Namun keberadaan kerajaan ini memberikan bukti sejarah yang sangat kuat pengaruhnya di kalangan orang Sunda dalam proses penyebaran agama Islam di Jawa Barat, sebagaimana yang dilakukan oleh Kerajaan Cirebon dan Kesultanan Banten.

 

Tapi, keberadaan kerajaan ini merupakan bukti sejarah yang sangat kuat pengaruhnya dalam penyebaran Islam di Jawa Barat, sebagaimana yang dilakukan oleh Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Banten.

 

Sejarah Kerajaan Islam Sumedang Larang

...Mengenal Sejarah Kerajaan Sumedang Larang,

 

Sejarah Kerajaan Sumedang Larang
Sejarah Kerajaan Sumedang Larang

Jadi, Kerajaan Sumedang Larang (Kabupaten Sumedang) adalah salah satu dari berbagai kerajaan Sunda yang ada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Tepatnya berada di Kabupaten Sumedang saat ini.

 

Terdapat kerajaan Sunda lainnya seperti Kerajaan Pajajaran yang juga masih berkaitan erat dengan kerajaan sebelumnya yaitu (Kerajaan Sunda-Galuh), 

 

namun keberadaan Kerajaan Pajajaran berakhir di wilayah Pakuan, Bogor, karena serangan aliansi kerajaan-kerajaan Cirebon, Banten dan Demak (Jawa Tengah). 

 

Sejak itu, Sumedang Larang dianggap menjadi penerus Pajajaran dan menjadi kerajaan yang memiliki otonomi luas untuk menentukan nasibnya sendiri.

 

...721 Masehi?

 

Kerajaan Sumedang Larang sudah didirikan pada tahun 721 Masehi oleh Prabu Tajimalela, keturunan dari raja Wretikandayun dari Kerajaan Galuh, di wilayah bekas dari Kerajaan Tembong Agung. 

 

Berdirinya Kerajaan Sumedang Larang
Berdirinya Kerajaan Sumedang Larang


Nah, awalnya Kerajaan Sumedang Larang ini juga pernah dikenal dengan sebutan Kerajaan Himbar Buana yang kemudian nama ini berganti menjadi Kerajaan Sumedang Larang.

 

Meskipun kerajaan Sumedang Larang berdiri sendiri, namun keberadaannya berststus sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Kerajaan Sunda dna Galuh antara abad ke-8 sampai abad ke-16 Masehi.

 

Kekuasaaan Kerajaan Sumedang Larang saat itu terbatas oleh dua kerajaan tersebut, kekuasaanya dibawah penguasa kedua kerajaan tersebut.

 

Pusat kota atau ibukota Kerajaan Sumedang Larang saat itu berada di Citembong Girang yang diperkirakan berada di desa Cikeusi, Kec. Darmaraja, Kab. Sumedang.

 

Mulai Berkembangnya Islam di Kerajaan Sumedang Larang

...Ratu Pucuk Umun serta Pangeran Santri pada masuknya Islam di Kerajaan Sumedang Larang,

Sejarah Kerajaan Sumedang Larang
Sejarah Kerajaan Sumedang Larang

Dua nama ini tak akan lepas dari awal mula sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Kerajaan Sumedang Larang. Keadaan ini diperkirakan terjadi Pada pertengahan abad ke-16, mulailah corak agama Islam mewarnai perkembangan Sumedang Larang.

 

Beliau bernama asli Nyimas Setyasih atau lebih dikenal dengan gelar Ratu Pucuk Umum, beliau ini adlah putri dari Raja Tirtakusumah (Raja Sumedang Larang) yang merupakan seorang Sunda muslimah. 

 

Kemudian Ratu Pucuk Umum menikahi pangeran Soleh atau yang dikenal dengan Pangeran Santri.

 

Mereka diperkirakan hidup pada tahun 1505-1579 M.

 

Selanjutnya, Pangeran Santri ini tidak diberikan dan dinobatkan atas  kekuasaan pada kerajaan Sumedang Larang dari istrinya dan kemudian dia tidak dinobatkan menjadi penguasa Sumedang Larang.

 

Nah, mereka hanya mendapat gelar Gelar Ki Gede Sumedang namun mereka keduanya tidak memegang kendali dan kekuasaan untuk memerintah kerajaan Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut.

 

Diketahui bahwa Pangeran Soleh atau Pangeran Santri merupakan Putra Pangeran Pamelekaran atau Pangeran Muhammad, Beliau adalah cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan atau Pangeran Panjunan) dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda,

Sejarah Kerajaan Sumedang Larang
Sejarah Kerajaan Sumedang Larang


Lalu kemudian setelah tiga bulan (12 bagian terang bulan Margasira tahun 1452 Saka) maka dilaksanakan syukuran di kesultanan Cirebon tepatnya di Dalem Agung Pakungwati atas dinobatnya Pangeran Soleh sebagai penguasa kerajaan Sumedang Larang juga keberhasilan Cirebon menguasai wilayah kerajaan Pajajaran sebelah timur (Galuh)

 

Pernikahan Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal dengan Prabu Angkawijaya. Pada masa Ratu Pucuk Umun, ibu kota Kerajaan Sumedang Larang dipindahkan dari Ciguling ke Kutamaya.

 

Dari pernikahan Ratu Pucuk Umun dengan Pangeran Santri memiliki enam orang anak, yaitu:

 

  • Pangeran Angkawijaya (yang terkenal dengan gelar Prabu Geusan Ulun)
  • Kiyai Rangga Haji, yang mengalahkan Aria Kuda Panjalu ti Narimbang, supaya memeluk agama Islam.
  • Kiyai Demang Watang di Walakung.
  • Santowaan Wirakusumah, yang keturunannya berada di Pagaden dan Pamanukan, Subang.
  • Santowaan Cikeruh.
  • Santowaan Awiluar.

 

Nah, ternyata Kerajaan Sumedang Larang baru mulai mengenal dan berkembang Islam pada masa kekuasaan Pangeran Santri ini. 

 

Kepemimpinan beliau berlangsung sekitar 1530 hingga 1578 Masehi. Kala itu Kerajaan Sumedang Larang mulai bergabung dengan Kesultanan Cirebon.

 

...Penerima Pusaka Pajajaran?

 

Pada 1578 M, Sang Putra yang bernama Pangeran Angkawijaya menerima pusaka Kerajaan Pajajaran dan kemudian beliau dinobatkan sebagai Raja Sumedang Larang dengan gelar Prabu Geusan Ulun.

 

Raja dari Kerajaan Sumedang Larang
Raja dari Kerajaan Sumedang Larang


Pusaka dari Kerajaan Padjajaran ini menandakan bahwa Pangeran merupakan penerus yang sah pemegang tahta kerajaan.

 

Menurut Babad Sumedang, wilayah kekuasaan Sumedang Larang ini hanya dibatasi oleh Laut Jawa di utara, Sungai Cipamugas di barat, Samudra Hindia di selatan, dan Sungai Cipamali di timur.

 

Kerajaan Sunda sendiri runtuh di tahun 1579 M setelah Pulasari ditaklukan oleh Maulana Yusuf dari Banten (Burak Pajajaran).

 

Kala Kekuasaan Kerajaan Sunda mulai lemah dan runtu maka kawasan kekuasaannya terbelah terbagi antara Kesultanan Banten di barat dan Kesultanan Cirebon di timur.

 

Sejarah selanjutnya mengungkapkan bahwa Kerajaa Sumedang Larang akhirnya memisahkan diri dari Kerajaan Cirebon. 

 

...Namun, 

 

Kemerdekaan Sumedang Larang tidaklah berlangsung lama, hanya berkisar 35 tahun.

 

Hal tersebut dikarenakan adanya keadaan yang relatif lemah dan terjepit antara tiga kekuatan besar yaitu Kerajaan Banten, Kerajaan Cirebon dan Kesultanan Mataram. 

 

Dan kemudian Prabu Aria Suriadiwangsa di tahun 1620 M memutuskan untuk bergabung dengan Mataram, dimana status Sumedang Larang diturunkan dari kerajaan menjadi Kabupaten dibawah Mataram.

 

Mengulik Asal Nama Kerajaan Sumedang Larang

Asal Nama Kerajaan Sumedang Larang
Asal Nama Kerajaan Sumedang Larang
 

..Sebenarnya,

 

Kerajaan Sumedang Larang itu berasal dari pecahan kerajaan Sunda-Galuh yang beragama Hindu, yang didirikan oleh Prabu Geusan Ulun Aji Putih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Pajajaran, Bogor.

 

Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. 

 

Yang pertama yaitu Kerajaan Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru Aji Putih pada abad ke XII.

 

Kemudian pada masa zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, dan kemudian diganti lagi menjadi Sumedang Larang (Sumedang berasal dari Insun Medal/Insun Medangan yang berarti aku dilahirkan, dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya).

 

Pemerintahan di Wilayah Sumedang dan sekitarnya

...Ada beberapa informasi penting seputar Kejaran Sumedang ini,


Jika kita mengurutkan kekuasaan atau pemerintahan yang pernah 'bertahta' di Sumedang ini akan terlihat seperti di tabel informasi berikut ini: 


No.

Masa

Tahun

1

Kerajaan Sumedang Larang (bagian dari kerajaan Pajajaran)

900 - 1530

2

Kerajaan Sumedang Larang (bagian dari kesultanan Cirebon) masa pangeran Santri hingga pangeran Geusan Ulun

1530 - 1585

3

Kerajaan Sumedang Larang (berdaulat penuh setelah mendeklarasikan diri berpisah dengan Cirebon pasca peristiwa Harisbaya) masa prabu Geusan Ulun hingga prabu Suryadiwangsa

1585 - 1620

4

Bergabung dengan Kesultanan Mataram terkait penyerangan ke Batavia

1620 - 1706

5

Pemerintahan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)

1706 - 1811

6

Pemerintahan Inggris

1811 - 1816

7

Pemerintahan Belanda / Nederland Oost-Indie

1816 - 1942

8

Pemerintahan Jepang

1942 - 1945

9

Pemerintahan Republik Indonesia

1945 - 1947

10

Pemerintahan Republik Indonesia / Belanda

1947 - 1949

11

Pemerintahan Negara Pasundan

1949 - 1950

12

Pemerintahan Republik Indonesia

1950 - sekarang

 

Diawali dengan Kerajaan Sumedang Larang yang Pertama (Bagian I) hingga pada akhirnya Sumedang menjadi bagian dari daerah yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 

Sejarah Pemerintahan Berdaulat di Kerajaan Sumedang Larang

Sejarah Kerajaan Sumedang Larang
Sejarah Kerajaan Sumedang Larang


 

...Ratu Pucuk Umun dan Pangeran Santri

Pada pertengahan abad ke-16, mulailah corak agama Islam mewarnai perkembangan Sumedang Larang.

 

Ratu Pucuk Umun, seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang kuno yang merupakan seorang Sunda muslimah; menikahi Pangeran Santri (1505-1579 M) yang bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. 

 

Pangeran Santri adalah cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan) dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda.

 

Pernikahan Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal dengan Prabu Angkawijaya.

 

...Prabu Geusan Ulun

Prabu Geusan Ulun (1580-1608 M) dinobatkan untuk menggantikan kekuasaan ayahnya, Pangeran Santri. Beliau menetapkan Kutamaya sebagai ibukota kerajaan Sumedang Larang, yang letaknya di bagian Barat kota.

 

Wilayah kekuasaannya meliputi Kuningan, Bandung, Garut, Tasik, Sukabumi (Priangan) kecuali Galuh (Ciamis). Kerajaan Sumedang pada masa Prabu Geusan Ulun mengalami kemajuan yang pesat di bidang sosial, budaya, agama, militer dan politik pemerintahan. 

 

Setelah wafat pada tahun 1608, putera angkatnya, Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata/Rangga Gempol I atau yang dikenal dengan Raden Aria Suradiwangsa menggantikan kepemimpinannya.

 

Prabu Geusan Ulun memiliki tiga orang istri: yang pertama Nyi Mas Cukang Gedeng Waru, putri Sunan Pada; yang kedua Ratu Harisbaya dari Cirebon, dan yang ketiga Nyi Mas Pasarean. Dari ketiga istrinya tersebut ia memiliki lima belas orang anak:

  1. Pangeran Rangga Gede, yang merupakan cikal bakal bupati Sumedang
  2. Raden Aria Wirareja, di Lemahbeureum, Darmawangi
  3. Kiyai Kadu Rangga Gede
  4. Kiyai Rangga Patra Kalasa, di Cundukkayu
  5. Raden Aria Rangga Pati, di Haurkuning
  6. Raden Ngabehi Watang
  7. Nyi Mas Demang Cipaku
  8. Raden Ngabehi Martayuda, di Ciawi
  9. Rd. Rangga Wiratama, di Cibeureum
  10. Rd. Rangga Nitinagara, di Pagaden dan Pamanukan
  11. Nyi Mas Rangga Pamade
  12. Nyi Mas Dipati Ukur, di Bandung
  13. Pangeran Suriadiwangsa, putra Ratu Harisbaya dari Panembahan Ratu.
  14. Pangeran Tumenggung Tegalkalong
  15. Rd. Kiyai Demang Cipaku, di Dayeuh Luhur.


Prabu Geusan Ulun merupakan raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang, karena selanjutnya menjadi bagian Mataram dan pangkat raja turun menjadi adipati (bupati). 

 

Ketika Pemerintahan Sumedang Larang di bawah Mataram

...Dipati Rangga Gempol

Pada saat Rangga Gempol memegang kepemimpinan, pada tahun 1620 M Sumedang Larang dijadikannya wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung, dan statusnya sebagai 'kerajaan' dirubahnya menjadi 'kabupaten'.

 

Hal ini dilakukannya sebagai upaya menjadikan wilayah Sumedang sebagai wilayah pertahanan Mataram dari serangan Kerajaan Banten dan Belanda, yang sedang mengalami konflik dengan Mataram. 

 

Sultan Agung kemudian memberikan perintah kepada Rangga Gempol beserta pasukannya untuk memimpin penyerangan ke Sampang, Madura. Sedangkan pemerintahan untuk sementara diserahkan kepada adiknya, Dipati Rangga Gede.

 

...Dipati Rangga Gede

Ketika setengah kekuatan militer kabupaten Sumedang Larang dipergikan ke Madura atas titah Sultan Agung, datanglah dari pasukan Kerajan Banten untuk menyerbu. 

 

Karena Rangga Gede tidak mampu menahan serangan pasukan Banten, ia akhirnya melarikan diri. Kekalahan ini membuat marah Sultan Agung sehingga ia menahan Dipati Rangga Gede, dan pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada Dipati Ukur.

 

...Dipati Ukur

Sekali lagi, Dipati Ukur diperintahkan oleh Sultan Agung untuk bersama-sama pasukan Mataram untuk menyerang dan merebut pertahanan Belanda di Batavia (Jakarta) yang pada akhirnya menemui kegagalan.

 

Kekalahan pasukan Dipati Ukur ini tidak dilaporkan segera kepada Sultan Agung, diberitakan bahwa ia kabur dari pertanggung jawabannya dan akhirnya tertangkap dari persembunyiannya atas informasi mata-mata Sultan Agung yang berkuasa di wilayah Priangan.

 

Pembagian wilayah kerajaan Sumedang Larang

Setelah habis masa hukumannya, Dipati Rangga Gede diberikan kekuasaan kembali untuk memerintah di Sumedang. 

 

Sedangkan wilayah Priangan di luar Sumedang dan Galuh (Ciamis), oleh Mataram dibagi menjadi tiga bagian :

 

1. Kabupaten Sukapura

 Dipimpin oleh Ki Wirawangsa Umbul Sukakerta, gelar Tumenggung Wiradegdaha/R. Wirawangsa,

 

2. Kabupaten Bandung

 Dipimpin oleh Ki Astamanggala Umbul Cihaurbeuti, gelar Tumenggung Wirangun-angun,

 

3. Kabupaten Parakanmuncang

Dipimpin oleh Ki Somahita Umbul Sindangkasih, gelar Tumenggung Tanubaya.

 

Kesemua wilayah tersebut berada dibawah pengawasan Rangga Gede (atau Rangga Gempol II), yang sekaligus ditunjuk Mataram sebagai Wadana Bupati (kepala para bupati) Priangan.

 

Peninggalan budaya dan Situ Sejarah Kerajaan Sumedang Larang

Sejarah Kerajaan Sumedang Larang
Sejarah Kerajaan Sumedang Larang

Hingga kini, Sumedang masih berstatus kabupaten, sebagai sisa peninggalan konflik politik yang banyak diintervensi oleh Kerajaan Mataram pada masa itu. 

 

Adapun artefak sejarah berupa pusaka perang, atribut kerajaan, perlengkapan raja-raja dan naskah kuno peninggalan Kerajaan Sumedang Larang masih dapat dilihat secara umum di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang letaknya tepat di selatan alun-alun kota Sumedang, bersatu dengan Gedung Srimanganti dan bangunan pemerintah daerah setempat.

 

Untuk lengkapnya kamu bisa berkunjung ke Museum Sumedang. Salah satu dari Museum tersebut bernama Museum Prabu Geusan Ulun.  

 

Mengambil nama Raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sumedang Larang.

 

Lokasi Museum Prabu Geusan Ulun?

Museum Prabu Geusan Ulun
Museum Prabu Geusan Ulun

Nah, Lokasi tepanya tentang Museum Prabu Geusan Ulun tepat di tengah kota Sumedang, kira-kira sekita 50 meter dari Alun-alun ke sebelah selatan,

 

Lokasi Museum Prabu Geusan Ulun ini berdampingan dengan Gedung Bengkok atau Gedung Negara dan berhadapan dengan Gedung-gedung Pemerintah.

 

Jarak dari Bandung 45 kilometer, sedangkan jarak dari Cirebon 85 kilometer, jarak tempuh dari Bandung 1 jam, sedangkan dari Cirebon 2 jam.

 

Nih alamat lengkapnya Museum Prabu Geusan Ulun:

JL. PRABU GEUSAN ULUN NO.40B
GD. SRIMANGANTI,
SUMEDANG – JAWA BARAT INDONESIA
Untuk informasi yang ingin bertanya seputar Museum ini dapat melalui email INFO@MUSEUMPRABUGEUSANULUN.ORG atau nomot telpon +62 261 201714

Unutk informasi jadwal berkunjung pada hari SELASA sampai hari MINGGU mulai pukul 8.00 hingga 16.00 WIB. Dan HARI SENIN & JUMAT TUTUP

Sejarah Kerajaan Sumedang Larang
Sejarah Kerajaan Sumedang Larang

Di Museum Prabu Geusan Ulun ini terdapat banyak peninggalan benda-benda bersejarah dan barang-barang pusaka Leluhur Sumedang, 

 

sejak penguasa dari Kerajaan Sumedang Larang dan Bupati-bupati yang memerintah Kabupaten Sumedang dahulu, merupakan koleksi yang membanggakan dan besar artinya bagi kita semua, terlebih bagi keluarga Sumedang. Kemudian Kumpulan benda-benda tersebut disimpan dengan rapi sebagai bukti sejarah.

 

Adapun benda-benda yang tersimpa adalah sebagai berikut:

 

1. Mahkota Binokasih dan Siger dari emas 18 karat.
2. Pedang Ki Mastak peninggalan Prabu Tadji Malela pendiri kerajaan Sumedang Larang.
3. Keris Ki Dukun milik Prabu Gajah Agung.
4. Badik Curuk Aul milik Embah Jaya Perkosa .
5. Keris Penunggu Naga milik Prabu Geusan Ulun.

 

Ada penyimpanan kusus keris-keris lain antara lain;

 

1. Keris Nagasasra milik Pangeran Komel
2. Keris Nagasasra milik Pangeran Panembahan.
3. Keris-keris, Pedang-pedang, Tombak-tombak
4. Barang-barang milik P. Aria Soeria Atmadja dan P. Soegih
5. Berbagai macam Gobang, Keris zaman Padjadjaran dan sumedang Larang.

 

Nah, bagi kamu para pemburu sejarah maka ini adalah bagian yang harus kamu gali secara mendalam. 

 

Ada banyak lagi sejarah-sejarah yang masih tersimpan didalam Kerajaan Sumedang Larang ini. Melihat langsung di Museum juga akan menambah wawasan sejarah kamu tentang Kerajaan Sumedang Larang. 

 

Meski tak setenar Kerajaan Majapahit atau Sriwijaya namun Kerajaan Sumedang Larang menyimpan banyak kisah dan sejarah.