Masa Prasejarah Dan Penghuni Gumi Sasak Lombok di Masa Lampau

Masa Prasejarah Dan Asal-Muasal Penghuni Gumi Sasak Lombok
Ilustrasi penelitian prasejarah

Swarariau.com, Zaman Prasejarah -- Sasak, adalah nama salah satu suku yang ada di Provinsi Nusa Tenggara barat. Tepatnya di Pulau Lombok. Sebuah Pulau yang terkenal dengan julukan “Pulau seribu masjid”.

Secara geografis, pulau lombok terletak pada koordinat 116.351° BT dan 8.565° LS. Pulau Lombok merupakan salah satu pulau terbesar setelah Pulau Sumbawa yang ada di NTB dengan luas wilayah sekitar 5.435 km². Lombok terletak pada koordinat 116.351° BT dan 8.565° LS. 

Dengan Sebelah Utara Dengan : Laut Jawa, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat dengan Selat Lombok dan Bali dan sebelah timur dengan Pulau Sumbawa.

Lombok tempo dulu...

Bangsa Indonesia tak pernah lepas dari nilai-nilai sejarah yang pernah terjadi pada masa lampau, begitu juga halnnya dengan Pulau Lombok ini.

Banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa lalu hingga hari ini, akan tetapi sebagian besar peristiwa-peristiwa tersebut tidak dicatat atau ditulis.

Meskupun tidak semuannya tercatat dengan baik namun ada banyak sumber -sumber yang menjadi informasi adalah penemuan benda-benda arkeologis seperti penemuan tengkorak, tulang-belulang manusia purba, alat-alat dan senjata sederhana serta jejak jejak yang ditinggalkan pada lingkungan alam (geologis). Masa itu disebut dengan zaman prasejarah.

Data-data yang didapatkan para peneliti adalah berbentuk benda-benda sisa peninggalan kehidupan prasejarah.

Kehidupan nenek moyang Gumi Sasak pada zaman prasejarah sangat menarik untuk dipelajari serta memiliki ciri khas yang berbeda dengan suku-suku lainnya di Indonesia.

Kekhasan tersebut dapat dilihat dari struktur dan model budaya yang kini berkembang.

Berbagai penemuan-penemuan yang diperoleh oleh masyarakat belum mendapatkan jawaban karena memang belum dilakukannya penelitian dengan menggunakan teknologi tingkat tinggi seperti radioisotop.

Sampai saat ini, sumber informasi yang dapat dijadikan sebagai kajian tentang perjalanan orang-orang Sasak sejak eksisnya di pulau Lombok adalah melalui cerita-cerita rakyat, babad lontar, barang-barang peninggalan masa lalu, dan hasil penemuan artefak/bukti arkeologis lainnya.

Sementara cerita-cerita rakyat dan babad lontar ini secara keilmuan belum bisa dijadikan sebagai acuan ilmiah untuk mengetahui tentang kebenaran sebuah peristiwa dalam sejarah.

Penemuan-penemuan di Gunung Piring, desa Truwai kecamatan Pujut, Lombok Selatan oleh Proyek Penggalian dan Penelitian Purbakala Jakarta pada tahun 1976 yang banyak banyak memberikan gambaran tentang tata-cara hidup serta sumber bahan makanan masyarakat suku Sasak masa lampau.

Adapun penemuan-penemuan tersebut berupa periuk utuh, kereweng, kerangka manusia, sisa kulit kerang, arang, fragmen logam dan binatang.

Selain penemuan arkeologis tersebut, juga ditemukan arca Budha Awalokiteswara, nekara dan batu nisan yang berhuruf China dan Arab. 

Penemuan-penemuan tersebut memberi sinyalemen bahwa masyarakat suku Sasak masa lampau telah menjalin hubungan yang intens dengan dunia luar.

Dari penemuan benda-benda purbakala di Lombok Selatan dapat disimpulkan bahwa kira-kira pada akhir zaman perunggu, pulau Lombok bagian selatan telah dihuni oleh sekelompok manusia yang sama kebudayaannya dengan penduduk di Gua Tabon Vietnam Selatan, penduduk di Pulau Pallawan-Filipina, penduduk di Gilimanuk Bali, dan penduduk di Malielo-Sumba.

Menurut Drs. M. M. Sukarto dan Prof. Solheim, guru besar di Universitas Hawai, kebudayaan di Gunung Piring itu termasuk ke dalam Shan Huyn Kalanny Tradition.

Umum diketahui bahwa manusia purba di Indonesia merupakan jenis homo sapiens. Terdapat dua ras homo sapiens di Indonesia, yaitu ras Mongoloid dan ras Austromelanesoid. Adapun penyebaran kedua ras tersebut:

Ras Mongoloid,

Khusus sub ras Melayu-Indonesia, tersebar di sebagain besar wilayah Indonesia terutama Indonesia yang terletak di bagian barat dan selatan antara lain Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok.

Ras Austromelanesoid,

Tersebar di wilayah Indonesia bagian timur terutama Irian Jaya dan pulau-pulau sekitamya. Nenek moyang suku bangsa Indonesia menyusuri lembah-lembah sungai di Vietnam dan Thailand sampai di Semenanjung Malaya. 

Kemudian dengan menggunakan perahu bercadik mereka datang ke nusantara, mendarat di Sumatera, Jawa, Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara termasuk Lombok sampai ke Flores dan Sulawesi Selatan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penghuni suku di pulau Lombok berasal dari Asia Tenggara. Adapun kemudian penduduk pendatang nusantara berasal dari Bali, Sulawesi Selatan, Jawa, Kalimantan, Sumatera, Maluku dan Nusa Tenggara Timur.

Kehidupan Prasejarah...

Salah satu petunjuk tentang kehidupan masa lampau adalah adanya berbagai peninggalan, termasuk peninggalan berupa jejak geologis yang dapat diamati pada bentangan alam.

Lokasi Belongas, Sekaroh dan lokasi sekitarnya merupakan wilayah berbatu kapur yang kini kurang subur dan ditumbuhi semak-semak lantana. 

Ketidaksuburan ini disebabkan oleh ketidakbisaan nenek moyang suku Sasak pada masa meramu yang biasa hidup berpindah-pindah.

Nenek moyang suku Sasak pada awalnya hidup berpindah -pindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mengumpulkan bahan makanan dari hewan dan tumbuhan.

Kemudian pada tahap selanjutnya nenek moyang suku Sasak bermukim (bertempat tinggal) secara berkelompok.

Hidupnya sudah lebih teratur dan membentuk pola-pola kepemimpinan di tempat tinggalnya. Klasifikasi pemukiman masyarakat Sasak zaman prasejarah terdiri dari pemukiman di daerah pantai dan pemukiman di daerah pedalaman.

Dijelaskan sebagai berikut:

Pemukiman di daerah pesisir pantai.

Nenek moyang kita yang tinggal di pesisir pantai mengambil makanan dari pantai dan laut. Bukti tentang keberadaannya adanya alat yang ditemukan seperti jaring (kerakat), alat penangkap cumi-cumi dan adanya sisa kerang.

Pemukiman di daerah pedalaman.

Nenek moyang kita yang tinggal di daerah pedalaman (hutan) melqgambil bahan makanannya dari hutan maupun sungai-sungai yang ada di dalam hutan.

Adapun jenis alat yang telah ditemukan dan kini disimpan di Museum NTB yaitu alat-alat berburu seperti tombak, jaring, serta kodong ipin yang digunakan untuk menangkap udang dan kodong lindung yang dipergunakan untuk menangkap belut.

Dan masih banyak benda-benda sejarah yang menjadi bukti keberadaan manusia prasejarah yang pernah menjadi penghuni Pulau Lombok hingga yang ada di Pulau Sumbawa.