[Terbaik] 101+ Kata Bijak Sapardi Djoko Damono, Kutipan Sang Maestro Untuk Renungan Indah Kita!

Kata Bijak Sapardi Djoko Damono
Kata Bijak Sapardi Djoko Damono

Swarariau.com, Kata Bijak Sapardi Djoko Damono
- Sosok pujangga Indonesia yang telah melahirkan banyak karya, Nama Sapardi Djoko Damono atau dikenal juga dengan nama SSD. Indonesia dikejutkan dengan kabar duka ketika Sapardi Djoko Damono tutup usia dan akhir dari perjuangannya melawan penyakit.

 

Kini tinggal Kenangan!

Sang Maestro telah pergi untuk selamanya!

Namamu akan tetap abadi dalam karya Indah mu

 

Meski telah pergi, nama Sapardi Djoko Damono aka tetap tercatat sebagai sang Maestro Pujangga Indonesia. Namanya tetap hidup, ada banyak karya yang mewakili raganya tetap abadi. 

 

Ada banyak Kata Bijak Sapardi Djoko Damono yang selalu dirilis ulang oleh para pengagumnya.

 

Dunia Sastra Indonesia akan tetap mencatat namanya dalam sebuah keabadian karya yang sangat luar biasa dari Sapardi Djoko Damono. 

 

Syair dan Kata Bijak Sapardi Djoko Damono Telah Mengganti Raganya

Quotes Sapardi Djoko Damono
Quotes Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono telah berpulang hari ini Minggu 19 Juli 2020, di usia 80 tahun. 

 

Sosoknya dikenal melegenda dan mendunia serta berhasil dicintai banyak orang. Begitu juga dengan quotes Sapardi Djoko Damonoi yang populer bagi masyarakat. 

 

Namanya dikenal dengan karyanya yang mampu menginspirasi dan mengugah hati. Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, Sang Maestro ini lahir di Surakarta pada tanggal 20 Maret 1940. 

 

Beberapa hari lalu kita dikejutkan dengan meninggalnya sosok Profil Sapardi Djoko Damono pada usia 80 tahun. Indonesia berduka pada tanggal 19 Juli 2020 karena harus kehilangan satu sosok yang selalu berkarya.

 

Kata Bijak Sapardi Djoko Damono

Kata Bijak Sapardi Djoko Damono
Kata Bijak Sapardi Djoko Damono

Ada banyak penggalan kalimat Bijak Sapardi Djoko Damono yang selalu menjadi inspirasi banyak generasi. 

 

Meskipun Sang Maesro telah tiada namun Bijak Sapardi Djoko Damono dan karya spektakulernya akan tetan tersimpan dimemori anak Bangsa Indonesia.

 

Berikut ini deretan Bijak Sapardi Djoko Damono:

 

  • Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan, yang menjadikannya tiada.

  • Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku tak pernah selesai mendoakan keselamatanmu.

  • Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni. Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu, tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu.

  • Yang fana adalah waktu. Kita abadi: memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa. Tapi, yang fana adalah waktu, bukan? tanyamu. Kita abadi.

  • Dalam diriku mengalir sungai panjang, darah namanya. Dalam diriku menggenang telaga darah, sukma namanya. Dalam diriku meriak gelombang sukma, hidup namanya, dan karena hidup itu indah, aku menangis sepuas-puasnya.

  • Jakarta itu cinta yang tak hapus oleh hujan tak lekang oleh panas. Jakarta itu kasih sayang.

  • Barangkali hidup adalah doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras. ia merasa Tuhan sedang memandangnya dengan curiga; ia pun bergegas.

  • Kita berdua saja duduk,
    Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput,
    Kau entah memesan apa,
    Aku memesan batu ditengah sungai terjal yang deras,
    Kau entah memesan apa,
    Tapi kita berdua saja duduk

  • Dunianya belum cukup untuk menjelaskan itu semua dengan kata-kata. Kalau diumpamakan angin, semilirnya tidak jelas ke mana arahnya; kalau diumpamakan air mata, tetesnya tidak jelas dari mana sumbernya; kalau diumpamakan burung, terbangnya seperti merpati yang mendadak melesat dan hinggap di puncak pohon randu alas.

  • Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
    Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu

  • Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang.

  • Nasib memang diserahkan kepada manusia untuk digarap, tetapi takdir harus ditandatangani di atas materai dan tidak boleh digugat kalau nanti terjadi apa-apa, baik atau buruk.

  • Lepaskan semua dari pikiranmu garis warna-warni yang silang-menyilang di benakmu itu.

  • Katamu dulu kau takkan meninggalkanku Omong kosong belaka! Sekarang yang masih tinggal Hanyalah bulan Yang bersinar juga malam itu Dan kini muncul kembali.

  • Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu.

  • Hidup ini panggung sandiwara. Ya memang benar adanya, semua yang disampaikan kepada orang lain adalah dongeng, dan dongeng jenis apa pun harus terjadi di panggung; terjadi di tempat dan waktu tertentu agar tokoh-tokoh yang bermain di panggungnya bisa melakukan ini-itu sesuai dengan wataknya.

  • Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput

  • Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.

  • Mana ada hantu mau tinggal di kampung miskin yang kebanyakan warganya tidak doyan makan hantu?

  • Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara

  • Dalam diriku mengalir sungai panjang, darah namanya.

  • kita pandang daun bermunculan
    kita pandang bunga berguguran
    kita diam: berpandangan

  • aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan

  • Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

  • Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur.

  • Apa sih, bibit itu? Apa pula bobot apa pula bebet di zaman sekarang ini?

  • Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan payung
    berdiri di samping tiang listrik. Katanya kepada lampu jalan, Tutup matamu dan tidurlah. Biar kujaga malam

  • MencintaiMu harus menjadi aku

  • Setiap berhenti sejenak untuk membenarkan letak sepatu
    kau bertanya, Kau dengar gumam jalan ini? Ia sudah tua,
    didendangkannya hujan yang suka membuka payung biru,
    disenandungkannya kemarau yang suka berselimut udara

  • Kuhentikan hujan, Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan

  • Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarnya, dan tak lagi mengenalnya.

  • Aku tidak punya hak memilihkan calon istri untukmu. Pilihan penuh ada di tanganmu.

  • Ia meletakkan kenangannya
    dengan sangat hati-hati
    di laci meja dan menguncinya

  • Orang miskin mana pula yang punya niat meluangkan waktu untuk menciptakan hantu hanya demi menakut-nakuti orang?

  • pohon-pohon masih tegak, mereka pasti mengerti
    dendam manusia yang setia tetapi tersisih ke tepi

  • Sementara kita saling berbisik
    Untuk lebih lama tinggal
    Pada debu, cinta yang tinggal berupa
    Bunga kertas dan lintasan angka-angka


    Ketika kita saling berbisik
    Di luar semakin sengit malam hari
    Memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api Sebelum fajar.
    Ada yang masih bersikeras abadi.

  • Duduk di boncengan sepeda Kunto malam-malam, Suti merasa seperti merapat ke tungku hangat.

    Hidup terasa benar-benar tak mau redup
    ketika sudah kaudengar pesan:
    suatu hari semua bunyi rapat tertutup.
    Penyanyi itu tuli. Suaranya terdengar perlahan.

  • Dalam diriku meriak gelombang sukma, hidup namanya.

  • Apa yang kau tangkap dari suara hujan
    Dari daun-daun bugenvil yang teratur mengetuk jendel
    Apakah yang kau tangkap dari bau tanah
    Dari ricik air yang turun di selokan

  • Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.

  • Mencintai air harus menjadi ricik...

  • Tetangga kita itu memang harus dilawan, mentang-mentang janda prajurit, seluruh desa suka berlebihan menghormatinya.

  • sudah sangat lama belajar mengagumi matahari
    ketika tenggelam di tepi danau belakang rumahku,
    sudah sangat lama belajar bertanya
    kepada diri sendiri
    mengapa kau selalu memandangku begitu.

  • Siapakah namamu? barangkali aku setengah tertidur waktu kautanyakan itu lagi.

  • Tak ada yang lebih arif
    Dari hujan bulan Juni
    Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu

  • Tidak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik pintu memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa pinggir hujan, memimpikan bisik yang membersit dari titik air menggelincir dari daun dekat jendela itu.

  • Tuhan, aku takut. Tolong tanyakan padanya siapa gerangan yang telah mengutusnya.

  • Ada yang berdenyut dalam diriku Menembus tanah basah Dendam yang dihamilkan hujan
  • Aku pun tak pernah menjawabmu, bahkan ketika kautanyakan jam berapa saat kematianku, sebab kau toh tak pernah ada tatkala aku sepenuhnya terjaga.

  • bahwa ia ingin kita melewatinya, sepanjang waktu? Tetapi, apakah kita pernah yakin ada cinta yang bersikeras abadi?

  • Di tengah ladang aku tinggal sendiri bertahan menghadapi Matahari

Masih banyak Bijak Sapardi Djoko Damono yang sebenarnya ingin saya tuliskan untuk mengenang beliau yang kini telah tiada.

Kata Bijak Sapardi Djoko Damono dalam dan Kisah hidupnya!

Kata Bijak Sapardi Djoko Damono
Kata Bijak Sapardi Djoko Damono

Seorang translator Amerika, John H. McGlynn pernah mengatakan bahwa Sapardi sempat masuk dan menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Katolik.

...Kemudian,

Ia pun berkesimpulan bahwa apa yang ada didalam karya puisi Sapardi merupakan gambaran dari kenangan masa lalunya yang “kristiani”.

Tulisan tersebut menjadi kontroversi tersendiri lantaran kebenarannya masih diperdebatkan. Kesimpulan tersebut diambil McGlynn lantaran banyak asosiasi kekristenan (Yesus, Golgota, Qain, dan Abil) dalam kumpulan puisi duka-Mu Abadi karya Sapardi yang terbit pada 1969 silam.

Dalam buku Sapardi Djoko Damono: Karya dan Dunianya karangan Bakdi Soemanto, disebutkan bahwa Sapardi tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah Katolik.

Ia merupakan alumnus Sekolah Rakyat yang pada saat itu ditujukan untuk kalangan Kraton. Sapardi kemudian meneruskan pendidikan menengah di SMP II Mangkunagaran dan SMA II Margoyudan.

Ia lalu kuliah di Jurusan Sastra Barat, UGM Yogyakarta.

Namun, Sapardi mengakui bahwa dulu dirinya sering mengikuti Sekolah Minggu. Kendati begitu, aksi Sapardi kecil bukanlah hal yang serius dan hanya main-main saja.

Mengingat ia memang senang keluyuran dan menghabiskan banyak waktu di luar rumah.

Selain itu, Sapardi juga berteman akrab dengan Pater Theodorus Geldorp SJ atau yang lebih akrab dipanggil Dick Hartoko—budayawan sekaligus rohaniawan Katolik. Pertemanan Sapardi Djoko Damono dengan Dick Hartoko disinyalir memperluas pengetahuannya tentang hal-hal berbau Kristiani dan Katolik, meskipun ia penganut agama Islam.

Melihat riwayat pendidikannya, dapat dipastikan bahwa Sapardi memang tidak pernah mempelajari Kristen dan Katolik melalui jalur formal.

Ia diduga mengenali nama-nama Yesus, Golgota, Qain, dan Abil sebagaimana yang tertera dalam puisi-puisinya melalui berbagai buku bacaan yang ia sebut “tak keruan”.

Pengetahuannya yang luas mengenai istilah-istilah dalam agama Kristen dan Katolik juga diduga karena Sapardi sebelumnya gemar membaca Murder in the Cathedral karya T.S. Elliot. Untuk memahami karya tersebut, Sapardi Djoko Damono sampai harus mempelajari kitab Injil dan beberapa kitab suci dari agama lainnya.

...Demikianlah

Kata Bijak Sapardi Djoko Damono berserta riwayat singkat Sapardi Djoko Damono serta simpang siur latar belakang agamanya. Terlepas dari kontroversi tersebut, Sapardi akan terus dikenang sebagai maestro sajak Tanah Air.