Mengenal Sistem Kekerabatan Adat Suku Sasak Lombok Melalui Budaya dan Tradisinya

Sistem Kekerabatan Adat Suku Sasak Lombok
Sistem Kekerabatan Adat Suku Sasak Lombok


Swarariau.com, Sejarah dan Budaya
-- Mari mengenal Indonesia dari keanekaragaman yang dimilikinya. Satu Negara dengan keanekaragaman yang dimilikinya, ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Mulai dari Ujung Barat, Sabang hingga ke paling timur, Merauke...

Nah, kali ini kita akan sedikit mengenal salah satu suku yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu Suku Sasak.

...Suku Sasak?

Sebuah kekayaan dan keragaman budaya bangsa Indonesia. Suku Sasak adalah mereka yang mendiami Pulau Lombok yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Dalam sistem kemasyarakatan suku sasak dulu mengenal istilah Pelapisan Sosial dalam kehidupannya.

Pelapisan Sosial di Adat Istiadat Suku Sasak Lombok

Suku Sasak juga mengenal sistem pelapisan sosial yang didasarkan pada keturunan, yakni keturunan bangsawan dan orang kebanyakan.

Tingkat-tingkat kebangsawanan paling atas adalah pewangsa raden dengan gelar raden untuk pria dan denda untuk wanita.

Lapisan menengah dinamakan tri wangsa dengan gelar lalu untuk pria dan baiq untuk wanita.

Lapisan ketiga adalah jajar karang dengan gelar log untuk pria dan le untuk wanita.

Pada masa lalu, bangsawan ini umumnya memegang kekuasaan sebagai kepala kampung (dasan), kepala desa atau distrik.

Pada masa sekarang, pelapisan sosial tersebut cenderung bergeser.

Dasar pelapisan sosial tersebut menjadi lebih baik apabila keseluruhannya menjadi satu kesatuan. Kekuasaan akan dipandang menjadi lebih tinggi dengan ditunjang oleh faktor ekonomi yang kuat.

Di daerah lombok secara umum terdapat 3 macam lapisan sosial masyarakat, masing-masing lapisan sosial masyarakat di kenal dengan Kasta yang mempunyai kriteria tersendiri :

#Golongan Ningrat

Golongan ini dapat diketahui dari sebutan kebangsawanannya. Sebutan keningratan ini merupakan nama depan dari seseorang dari golongan ini.

Nama depan keningratan ini adalah ” lalu ” untuk orang-orang ningrat pria yang belum menikah. Sedangkan apabila mereka telah menikah maka nama keningratannya adalah ” mamiq “

Untuk wanita ningrat nama depannya adalah ” lale”, bagi mereka yang belum menikah, sedangkan yang telah menikah disebut ” mamiq lale”.

#Golongan Pruangse

Kriteria khusus yang dimiliki oleh golongan ini adalah sebutan “bape“, untuk kaum laki-laki pruangse yang telah menikah.

Sedangkan untuk kaum pruangse yang belum menikah tak memiliki sebutan lain kecuali nama kecil mereka, 

Misalnya seorang dari golongan ini lahir dengan nama si ” A ” maka ayah dari golongan pruangse ini disebut/dipanggil ”Bape A“, sedangkan ibunya dipanggil ”Inaq A“.

Disinilah perbedaan golongan ningrat dan pruangse.

#Golongan Bulu Ketujur

Golongan ini adalah masyarakat biasa yang konon dahulu adalah hulubalang sang raja yang pernah berkuasa di Lombok.

Kriteria khusus golongan ini adalah sebutan ”amaq” bagi kaum laki-laki yang telah menikah, sedangkan perempuan adalah ”inaq“.

Di Lombok, nama kecil akan hilang atau tidak dipakai sebagai nama panggilan kalau mereka telah berketurunan. Nama mereka selanjutnya adalah tergantung pada anak sulungnya mereka. 

Seperti contoh di atas untuk lebih jelasnya contoh lainnya adalah bila si B lahir sebagai cucu, maka mamiq A dan Inaq A akan dipanggil Papuk B. 

panggilan ini berlaku untuk golongan Pruangse dan Bulu Ketujur. Meraka dari golongan Ningrat Mamiq A dan Mamiq lale A akan dipanggil Niniq A.