Apa Itu Inner Child? Serta Cara Mengatasi Inner Child dalam Pandangan Islam!

Swarariau.com, Apa itu Inner Child? -- Ada sebuah istilah yang kita kenal dengan sebutan Inner Child. Banyak orang yang belum memahami apa itu Inner child dan bagaimana Inner Child bisa terluka?

Nah,

Kali ini kita akan tuntas mengupas Apa itu Inner Child?

Bagaimana Inner Child Bisa Terluka?

Cara Menyembuhkan Inner Child!

Serta Inner Child dalam Pandangan Islam

Apa itu Inner Child?

Apa itu Inner Child?
Apa itu Inner Child?

Jika kita mendefinisikan secara lebih mendetal tentang Inner Child maka dapat definisikan sebagai berikut ini:

Inner child adalah sisi kepribadian seseorang yang masih bereaksi dan terasa seperti anak kecil atau sisi kekanak-kanakan dalam diri seseorang.

So, yang menjadi pertanyaan besar adalah Mengapa inner child ini berpengaruh terhadap kepribadian, dan cara bersikap seseorang ketika dewasa?

Hal ini karena pengalaman masa kecil seseorang di masa lalu bisa memiliki efek destruktif pada masa kini.

Inner child pada setiap orang adalah inti dari kepribadian yang terbentuk dari pengalaman-pengalamannya tentang bagaimana cara bertindak untuk dicintai yang didapatkan selama masa kanak-kanak.

Bagaimana Inner Child Bisa Terluka?

Apa itu Inner Child
Apa itu Inner Child

Terdapat sebuah Pengalaman menyakitkan yang pernah terjadi saat kecil, misalnya seperti mendapatkan kekerasan selama masa kanak-kanak, atau mengalami pengabaian, kurangnya kasih sayang, kontrol, perlindungan dan pengasuhan dalam keluarga yang disfungsional dapat melukai inner child seseorang.

Nah, yang menjadi hal yang perlu kamu ketahui adalah Luka tersebut apabila tidak disadari dan disembuhkan, maka akan terbawa hingga ke kehidupan dewasa.

Jadi, ini sangat perlu diperhatikan!

Misalnya, seorang anak perempuan melihat orang tuanya bertengkar lalu ia pun melihat Ayahnya memukul Ibunya.

Setelah ia menjadi wanita dewasa, ia cenderung sulit percaya, takut jatuh cinta dan takut menjalin hubungan dengan pria.

Hal ini karena inner child dalam dirinya telah terluka sehingga itu menjadi trauma dan memengaruhi kehidupan dewasanya.

Secara karakteristik, orang-orang yang inner child-nya sedang terluka akan menunjukkan masalah dengan kepercayaan, keintiman, perilaku adiktif dan kompulsif, serta hubungan saling ketergantungan.

Akibatnya,

Banyak dari mereka akhirnya memiliki attachment atau bonding dengan orang tua yang rendah.

Atau

Trauma masa kecilnya membawanya pada implementasi perilaku ketika dewasa yang seringkali merasa tidak percaya diri, anti kritik, mudah tersinggung, mudah marah, takut disakiti orang lain, khawatir, cemas, dan merasa tidak aman.

Perilaku-perilaku tersebut adalah bentuk pertahanan diri terhadap “bahaya” yang diciptakan oleh lingkungan sebagai bentuk manifestasi pola pengasuhan semasa kecil.

Inner child yang terluka cenderung membuat seseorang merasa tidak lengkap dan kehilangan kualitas-kualitas seperti kejujuran, tidak takut, rasa aman, keinginan bersenang-senang, dan tidak bersalah dalam diri.

Hal itu membuat banyak orang akhirnya menghabiskan hidup mereka dengan mencari kualitas-kualitas tersebut dari luar diri mereka.

Lalu apa yang bisa dilakukan ketika inner child terluka?

Menyembuhkannya Inner Child? Apakah bisa?

Cara Menyembuhkannya Inner Child
Cara Menyembuhkannya Inner Child

Menyembuhkan luka batin bisa dilakukan dengan rekonsiliasi atau reconnect dengan inner child. Langkah tersebut dapat membantu kita dalam beberapa hal, yaitu:

  1. menemukan dan melepaskan emosi yang selama ini direpresi (dipendam/ditahan)
  2. membantu kita mengenali kebutuhan yang belum terpenuhi
  3. membantu meningkatkan cara-cara self-care
  4. membantu kita menjadi pribadi yang lebih kreatif dan menyenangkan
  5. meningkatkan self-respect
Menyembuhkan inner child kita yang terluka adalah sebuah proses yang panjang dan sebuah perjalanan yang sangat personal. 

Setiap orang memiliki inner child-nya masing-masing dengan kondisi yang berbeda-beda, hal pertama yang perlu kita sadari adalah bagaimana hubungan kita dengan “anak kecil” dalam diri kita ini.

Apakah kita sering menyapanya?

Apakah kita sudah menerimanya sepenuhnya?

Sadari bahwa diri ini punya inner child yang butuh untuk diterima, dirangkul, diperhatikan, dan dicintai. Kita perlu menyisihkan waktu untuk berdialog dengan diri kita “versi kanak-kanak” bahwa kita telah dewasa dan hidup di masa kini.

Yakinkan padanya bahwa kita aman, kita baik-baik saja, dan kita diterima serta dicintai.

Mengabaikan hubungan diri dengan inner child kita justru akan menjadi rantai derita yang tidak berujung hingga lahir generasi berikutnya.

Cukupkan rantai derita ini pada diri kita. Putuslah rasa sakit yang turun-temurun ini hanya pada diri kita dan tidak meneruskannya ke generasi selanjutnya. Bagaimana caranya?

Sadari, akui, terima, dan cintailah inner child dalam diri kita bagaimanapun keadaannya.

Bagaimana Cara Mengatasi Inner Child Menurut Pandangan Islam?

Bagaimana Cara Mengatasi Inner Child Menurut Pandangan Islam
Bagaimana Cara Mengatasi Inner Child Menurut Pandangan Islam

Dalam Islam juga sudah diajarkan bagaimana kita mengatasi seseorang yang mengalami Inner Child ini.

Lalu, bagaimana solusinya?

Bisa dengan terapi ataupun self healing. Suami ustadzah Isra termasuk yang tidak menganjurkan hipnoterapi untuk tindakan awal.

Ada sejumlah hal sederhana yang bisa dilakukan, khususnya bagi umat muslim, yaitu:

1. Memaafkan

Apa itu Inner Child
Apa itu Inner Child

Memaafkan merupakan indikator ketakwaan (Ali Imran: 133)

Hasil penelitian Luskin menunjukkan bahwa memaafkan akan menjadikan seseorang lebih tenang kehidupannya, tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, dan dapat membina hubungan lebih baik dengan sesama.

Dan yang pasti, mereka semakin jarang mengalami konflik dengan orang lain.

Ketika emosi kita muncul, melihat kondisi rumah berantakan apalagi kalau terbiasa dengan kondisi keluarga terdahulu yang sangat rapi, inner child bisa muncul dalam bentuk kemarahan.

Pola asuh orang tua kita dulu tidak semuanya tepat diterapkan di masa sekarang.

Sudah ditegaskan juga, didiklah anak sesuai dengan zamannya. Begitu pun, bisa dimaklumi juga ketika ada kesalahan orang tua kita dulu dalam mendidik.

Jika memang demikian, maafkan semua kesalahan orang tua, ingat jasa-jasa beliau dalam mendidik kita.

2. Menerima takdir, yang juga merupakan bagian dari keimanan seorang mukmin (rukun iman keenam)

Inner Child
Inner Child

“Keimanan itu ialah engkau akan percaya (beriman) pada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhirat, dan engkau akan percaya kepada takdir baik dan buruk dari padanya. ” (HR Muslim).

Menerima takdir menjadikan seseorang memahami bahwa segala apa yang ada pada dirinya adalah atas kehendak Allah swt. (An-Nisā : 136).

Kita memperoleh orang tua, suami, anak yang seperti ini, itu sudah takdir yang harus kita terima, karena datangnya dari Allah. Jadi intinya adalah penerimaan dengan bersyukur terlebih dahulu, lalu kalaupun ada yang mau diubah, ikhtiar dengan datang ke ahlinya (Ar-Ra’d: 11).

Ingat, takdir bisa diubah kecuali takdir yang tetap.

Curhat boleh, tapi dengan orang yang tepercaya, jangan di media sosial. Cari teman yang saling mengingatkan atau menasihati. Nasihat ini merupakan perkara yang agung dalam Islam.

Sabda Rasulullah saw, “Agama itu nasihat”. Sahabat bertanya “Hak siapa nasihat itu?”, beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin, dan rakyatnya (kaum muslimin).”

Manusia merugi kecuali yang beriman, beramal shalih, dan saling menasihati (Al Ashr 1-3). Butuh kesabaran yang luas memang ketika mengingatkan pasangan atau anak.

3. Mengingat Allah dan berdoa

Definisi Inner Child
Definisi Inner Child

Menjadikan hati tenang (Ar-Ra’d 28)

Hasil penelitian, dzikrullah memberikan dampak relaksasi (teknik mengatasi kekhawatiran atau kecemasan atau stres melalui pengendoran otot-otot dan syaraf) dan ketenangan.

Doa adalah bentuk kepasrahan dengan menyerahkan urusan kepada Allah swt (Al Baqarah: 186).

4. Harmonisasi pasangan

Apa itu Inner Child
Apa itu Inner Child

Komunikasi yang sehat dan keterbukaan diperlukan.

Misalnya, ketika perlu bantuan dalam mengasuh anak, baiknya disampaikan ke suami. Ini penting agar inner child tidak muncul dan anak terpengaruh, yang akhirnya membuat kualitas pengasuhan kita menurun (dalam arti diwariskan) ke anak.

Lalu, seperti apa pola pengasuhan yang tepat?

Dalam kajian ini tidak dibahas menyeluruh tentang hal tersebut, tetapi pertanyaan beberapa peserta mengarah ke permintaan saran mengenai pola asuh khususnya dengan kondisi ibu bekerja.

Ustadzah Isra yang aslinya berasal dari tanah Minang ini menegaskan, contoh yang baik menjadi khutbah yang jitu.

Jadi,

Kalau orang tua belum memberikan teladan yang baik, bagaimana anak akan melihat bahwa hal baik itu menyenangkan untuk dilakukan?

Menjadi teman bagi anak, khususnya yang berusia remaja, juga penting.

Temani anak dengan sungguh-sungguh, letakkan gawai ketika sedang bersama anak.

Dengan waktu yang sepertinya terbatas, pastikan waktu tersebut benar-benar dirasakan oleh anak kita.

Membuat semacam forum keluarga di mana seluruh anggota hadir dan saling menanyakan kabar atau bercerita juga bisa dilakukan.

Iringi ikhtiar kita dengan doa. 

Jangan lupa, persiapkan psikologis anak untuk menjalankan perannya di keluarganya sendiri kelak, utamanya bagi anak yang sudah mendekati usia siap menikah.

Demikianlah artikel seputar Apa Itu Inner Child? Serta Cara Mengatasi Inner Child dalam Pandangan Islam! Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat berbagi tips dengan teman kita laiinya.